WISATA DI PULAU BUTON
1.WABURI PARK
.jpg)
2.JEMBATAN LINGKAR
n sejak 2014, tetapi memiliki wisata alam yang tak kalah dengan daerah lainnya di pulau berjuluk 1.000 benteng itu. Beberapa bulan ini, ada salah satu spot wisata yang sudah menarik perhatian.
Kata warg Kabupaten Buton Selatan, meskipun baru berdiri secara resmi memisahkan diri dari Kabupaten Butoa setempat, dahulu, lokasinya, hanya tempat pemandian biasa yang kerap didatangi warga kampung. Belum mendapatkan nama atau julukan khusus, warga desa malah memakai lokasi ini sebagai tempat menambatkan perahu usai seharian melaut di sekitar Teluk Sampolawa Buton Selatan
Namun, sejak 2018,pihak desa mulai mengubah wilayah ini. Awalnya, ada jalan masuk ke dalam lokasi. Kemudian, perlahan dibangun jembatan sepanjang sekitar 300 meter lebih.Bahan jembatan, dari kayu yang tahan air laut. Bahan rangka dan kusen, diambil dari hutan yang masih lebat di sekitar desa. Jika diamati dari ketinggian, desainnya mirip sebuah roda raksasa.
mbil gamba Mengar foto atau video menggunakan drone, akan tampak roda raksasa berwarna pelangi terapung diatas perairan.Di atas jembatan, kita bisa melepas pandangan ke arah Teluk Sampolawa. Ada banyak perahu dan kapal tradisional yang parkir di lokasi ini pada sore hari menjelang petang.
Ada beberapa spot berenang dan snorkeling di bawah jembatan. Pengunjung berusia dewasa dan anak-anak bisa merasakan birunya air laut Lapoili. Spot berenang ini, ada yang sedalam satu meter lebih, hingga sedalam hampir 3 meter.Nyaris tak ada sampah plastik yang mengapung di sekitar perairan. Selain kesadaran warga soal sampah yang tinggi, populasi penduduk juga masih sedikit.
2. PANTAI BAHARI
Buton Selatan – Monumen Kapal Boti Pantai Lagunci kini menjadi primadona Wisata baru bagi masyarakat Buton Selatan (Busel). Monumen yang dijadikan sebagai ikon dari Pantai Lagunci ini berlokasi di Desa Bahari Tiga, Kecamatan Sampolawa, Busel, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Dari Kota Baubau, Monumen Kapal Boti Pantai Lagunci berjarak sekitar 51 kilometer, bisa dijangkau kendaraan roda dua maupun roda empat. Sementara dari pusat Kota Batauga ibukota Kabupaten Busel berjarak sekitar 44 kilometer.
Monumen yang dibangun di atas bongkahan batu besar ini telah diresmikan oleh Bupati Busel, La Ode Arusani, diwakilkan Pj. Sekda Busel, La Ode Almuhammad Sufi Hisanuddin, Minggu (16/1/2021) lalu.Setelah peresmian tersebut, hingga kini Monumen Perahu Boti terus dikunjungi oleh masyarakat untuk berswafoto atau sekadar menikmati suguhan matahari terbenam di sore hari.
Berada di atas monumen, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan hamparan pasir putih yang membentang cukup luas. Sekelilingnya banyak ditumbuhi pohon kelapa, juga terdapat beberapa pulau karang kecil. Belum lagi, birunya bentangan laut banda dan kokohnya tebing-tebing karst di sekitaran monumen kian menambah keeksotisan tempat ini.
Untuk biaya masuk ke dalam monumen yang kini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bahari Tiga ini, pengunjung akan dikenakan karcis sebesar Rp5 ribu untuk dewasa dan Rp3 ribu untuk anak-anak.Sementara untuk masyarakat setempat, hanya dikenakan tarif sebesar Rp3 ribu untuk dewasa dan Rp2 ribu untuk anak-anak.
Sekadar informasi, Perahu Boti sendiri merupakan sebutan bagi perahu khas dari nelayan masyarakat setempat untuk melaut. Bukan saja digunakan di sekitaran Pulau Buton, dengan perahu ini mereka bisa melaut sampai ke Papua, bahkan hingga ke perairan Australia