WISATA DI PULAU BUTON
1.WABURI PARK
.jpg)
Desa Gaya Baru terletak di Kecamatan Lapandewa Kabupaten Buton selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Desa Gaya Baru di anugerahi keindahan alam seperti keindahan lautan, Tanjung, Pantai, Tebing, gunung, Sunset dan memiliki situs Cerug yang didalamnya terdapat Tumpukan Tengkorak Manusia, gambar daun dan Stempel Telapak Tangan yang sampai saat ini masih terjaga keasliannya. Disamping kekayaan alam, Desa Gaya Baru Juga juga memiliki kekayaan budaya yang masih lestari. Kekayaan budaya dikenal akan hukum adat, aneka ritual, berbagai kesenian tradisional, permainan tradisional dan juga tradisi gotong royong masyarakatnya yang masih dipupuk hingga kini. Selain memiliki kekayaan alam dan Budaya, Desa Gaya baru memiliki Kekayaan Wisata Buatan yaitu Taman Waburi atau di Kenal dengan nama Waburi Park. Waburi Park memiliki Fasilitas seperti Kajebo, Lampu Taman, Papan Nama, Lapak Jualan, Titian, Home Stay, WC dan Pos Jaga dan selanjutnya akan di kembangkan terus Fasilitas di dalamnya.
Erjalanan wisata waburi park bisa dilalui Jalur darat dengan mengunakan Kendaran Roda Dua dan RoPda Empat. Waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata waburi park yaitu dari Ibu Kota Kabupaten Buton Selatan ke waburi Park bisa ditempuh 88 menit yang berjarak 52,5 Km . sedangkan dari Ibu Kota Baubau bisa ditempuh 95 menit yang berjarak 61,9 Km dengan menggunakan Mobil angkutan Umum di terminal Pasar Wameo dengan biaya transportasi sebesar Rp. 40.000 /orang.
Karena potensi yang begitu besar, Desa Gaya Baru pada tanggal 4 Desember 2022 meraih Piagam Penghargaan Sebagai Penyelenggara Pengembangan Desa Wisata Terbaik yang diselenggarakan melalui Lomba Desa Tematik “Tata Kelola Pemerintahan” Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pemerintah Desa, BPD, Lembaga Adat, Tokoh Agama, Tokoh Pendidik, Ibu Ibu Pengerak PKK dan Generasi muda Karang Taruna yang tergabung dalam Pokdarwis dan BUMDesa Permata Mandiri Desa Gaya Baru dengan semangat gotong royong terus berkolaborasi untuk memajukan dan mengembangkan desa wisata berbasis alam, Budaya dan Buatan.
2.JEMBATAN LINGKAR
.jpg)
n sejak 2014, tetapi memiliki wisata alam yang tak kalah dengan daerah lainnya di pulau berjuluk 1.000 benteng itu. Beberapa bulan ini, ada salah satu spot wisata yang sudah menarik perhatian.
Kata warg Kabupaten Buton Selatan, meskipun baru berdiri secara resmi memisahkan diri dari Kabupaten Butoa setempat, dahulu, lokasinya, hanya tempat pemandian biasa yang kerap didatangi warga kampung. Belum mendapatkan nama atau julukan khusus, warga desa malah memakai lokasi ini sebagai tempat menambatkan perahu usai seharian melaut di sekitar Teluk Sampolawa Buton Selatan
Namun, sejak 2018,pihak desa mulai mengubah wilayah ini. Awalnya, ada jalan masuk ke dalam lokasi. Kemudian, perlahan dibangun jembatan sepanjang sekitar 300 meter lebih.Bahan jembatan, dari kayu yang tahan air laut. Bahan rangka dan kusen, diambil dari hutan yang masih lebat di sekitar desa. Jika diamati dari ketinggian, desainnya mirip sebuah roda raksasa.
mbil gamba Mengar foto atau video menggunakan drone, akan tampak roda raksasa berwarna pelangi terapung diatas perairan.Di atas jembatan, kita bisa melepas pandangan ke arah Teluk Sampolawa. Ada banyak perahu dan kapal tradisional yang parkir di lokasi ini pada sore hari menjelang petang.
Ada beberapa spot berenang dan snorkeling di bawah jembatan. Pengunjung berusia dewasa dan anak-anak bisa merasakan birunya air laut Lapoili. Spot berenang ini, ada yang sedalam satu meter lebih, hingga sedalam hampir 3 meter.Nyaris tak ada sampah plastik yang mengapung di sekitar perairan. Selain kesadaran warga soal sampah yang tinggi, populasi penduduk juga masih sedikit.
2. PANTAI BAHARI

Buton Selatan – Monumen Kapal Boti Pantai Lagunci kini menjadi primadona Wisata baru bagi masyarakat Buton Selatan (Busel). Monumen yang dijadikan sebagai ikon dari Pantai Lagunci ini berlokasi di Desa Bahari Tiga, Kecamatan Sampolawa, Busel, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Dari Kota Baubau, Monumen Kapal Boti Pantai Lagunci berjarak sekitar 51 kilometer, bisa dijangkau kendaraan roda dua maupun roda empat. Sementara dari pusat Kota Batauga ibukota Kabupaten Busel berjarak sekitar 44 kilometer.
Monumen yang dibangun di atas bongkahan batu besar ini telah diresmikan oleh Bupati Busel, La Ode Arusani, diwakilkan Pj. Sekda Busel, La Ode Almuhammad Sufi Hisanuddin, Minggu (16/1/2021) lalu.Setelah peresmian tersebut, hingga kini Monumen Perahu Boti terus dikunjungi oleh masyarakat untuk berswafoto atau sekadar menikmati suguhan matahari terbenam di sore hari.
Berada di atas monumen, pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan hamparan pasir putih yang membentang cukup luas. Sekelilingnya banyak ditumbuhi pohon kelapa, juga terdapat beberapa pulau karang kecil. Belum lagi, birunya bentangan laut banda dan kokohnya tebing-tebing karst di sekitaran monumen kian menambah keeksotisan tempat ini.
Untuk biaya masuk ke dalam monumen yang kini dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bahari Tiga ini, pengunjung akan dikenakan karcis sebesar Rp5 ribu untuk dewasa dan Rp3 ribu untuk anak-anak.Sementara untuk masyarakat setempat, hanya dikenakan tarif sebesar Rp3 ribu untuk dewasa dan Rp2 ribu untuk anak-anak.
Sekadar informasi, Perahu Boti sendiri merupakan sebutan bagi perahu khas dari nelayan masyarakat setempat untuk melaut. Bukan saja digunakan di sekitaran Pulau Buton, dengan perahu ini mereka bisa melaut sampai ke Papua, bahkan hingga ke perairan Australia